Jumat, 01 November 2013

Jalan Senja, (pelajaran kehidupan)



      Dinginnya senja membalut kulit seorang yang duduk di emperan warung, sedang segerombolan anak yang hendak sholat maghrib melewatinya. Terlihat seorang itu mendekap sehelai sarung.
      Suara adzan berhenti, Hening sore itu menemani dingin. Tak lama kemudian segerombolan anak melewati orang tersebut. Sementara yang lain lewat, seorang anak 5 tahun berhenti dari antara segerombolan itu. Tertinggal dan diabaikan.

      "Apa yang kamu lakukan di sini nak?" tanya seseorang tersebut. "Saya hendak menemani anda", jawabnya pelan. Terheran dengan jawaban tersebut, orang itu bertanya kembali, "Tidakkah kamu pulang? Apa orangtuamu tidak khawatir?". Anak itu diam saja lekas hanya duduk di sebelah orang tersebut. Tak ada tutur kata lagi yang terucap. Hanya suara srangga yang nyaring terdengar. Beberapa jam setelahnya, banyak orang yang mencari anak itu. Ketika orangtuanya mendapati anaknya duduk dengan seseorang yang tidak dikenal, ayahnya bertanya " apa yang kamu lakukan?",
      Wajahnya tertunduk, dengan takut seraya menjawab, 
" Saya hanya menemani orang ini ayah.",
"Haruskah demikian?", tanya ayahnya lagi. Anak itu tersenyum sempit, merasa malu atas kelakuannya. Sedang ketika tangannya diraih untuk pulang anak itu bicara bak malaikat kecil,
"Ayah, saya mau bertanya?",
"Silahkan nak", jawab ayah,
"Apa kita keturunan Adam?", tanya anak
"Tentu saja", jawab ayah
"Mengapa ayah mencari saya ketika saya tidak pulang?" tanya sang anak
"Karena kamu anakku."
Mata sang anak mulai berkaca-kaca, kepalanyapun mulai menunduk. Sang anak bertanya kembali untuk memastikan lagi, 
"apa ayah akan melakukan hal yang sama ketika anak dari adik ayah tidak pulang kerumah?"
Ayahnya pun menjawab, "Tentu saja nak, karena ia saudara kita",
      Senja dijalan itupun mulai ramai, seorang yang sendirian tadi kini dilingkupi banyak orang.
Anak itu bertanya kembali, "Lalu, kenapa semua orang diam saja ketika ada orang yang duduk kedinginan, merasa lapar, kesepian, dan tidak punya tempat pulang?"
"Karena kami tidak mengenalnya", jawab ayahnya yang terus menjawab dengan kalimat yang sederhana.

      Anak itu menegakkan kepalanya, dengan air mata seraya menjawab
"Baik ayah, sekarang saya kenalkan orang ini kepada ayah. Ia adalah keturunan Adam. Tidakkah ayah melihatnya? Anggota badannya pun sama seperti kita,tak kurang dan tak lebih, dia juga berbahasa seperti kita, apa lagi yang harus saya tunjukan untuk membuktikan bahwa ia adalah saudara ayah?"

      Semua orang yang ada di situ tersedak dengan ucapannya, ayah dari anak itu lekas memeluk erat anak itu. Sedang yang lainnya memberi kecukupan kepada saudara mereka yang kekurangan tersebut.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar